SEMARANG
Panas...
Itulah kata pertamaku tatkala menginjakkan kaki di Bandara A. Yani Semarang, walaupun belum sepanas Jakarta maupun Surabaya, tapi bagiku ini termasuk panas dibanding kotaku yang dulu.
Melangkah keluar dari bandara mengendarai taxi aku bergerak ke Semarang atas, perjalanan tidak terlalu macet, karena memang Semarang belum semacet Jakarta atau Surabaya, melewati Bukit Gombel yang melegenda akhirnya aku tiba di daerah Kampus. Berhenti aku di depan sebuah rumah, tidak begitu mewah sih, hanya memiliki pekarangan yang luas.
"Assalamualaikum ........" teriakku sambil mengetuk pintu
"Ya sebentar ... " sahut seseorang dari dalam rumah
............
"cari siapa ya dek?" sapa seorang wanita
"Maaf, benar ini rumah pak Herman?" tanyaku
"Iya benar, tapi Pak Herman jarang kesini, rumahe di Jalan Pandanaran"
.......
terdengar suara mobil masuk di pekarangan rumah
.......
"Yani ya?" teriak seorang laki-laki yang baru turun dari mobil tersebut
"I .. Iya ..." jawabku
"Aduh sedah sebesar ini kamu Yan, lupa pasti sama om Herman ...." sambil mengeluarkan HP dan menelpon seseorang
"Dit, anakmu wis gede ya jebule, ki areke wis ning omahku" berbicara dengan lawan teleponya
"Mene awakmu sido rene ta?"
"Lho yok opo seh ....."
"Oh ya wis, tak hendele urusan iki"
"yuuu" mengakhiri telepon, ternyata dia barusan telepon ayah
"Yan, besok ayahmu tidak bisa kesini .... eh mari masuk ngobrol di dalam aja"
"Iya Om" jawabku dengan perasaan bingung
..............
"Adit Ayahmu, dulu adalah temen baik Om waktu di Surabaya, ayahmu yang sering membantu om, hingga om bisa jadi seperti ini..."
aku hanya manggut manggut
"Om pindah ke Semarang dan ayahmu setelah menikah menetap di Jogja, ya memang om sudah jarang ketemu sama ayah kamu tapi masih tetep komunikasi sampai sekarang"
"Om, kenal Almarhumah mamah juga" tanyaku ...
"Lho, gimana to Adit ga pernah crita mbek kamu ta?" "yang nymblangin sama almarhum mamahmu dulu itu ya om, ayahmu dulu itu cupu, kutu buku ya memang om akui ayahmu orang yang pinter akademik, beda sama om, nakal, hahaha" "Helen, ndi suguhane, ki ponakanku adoh-adoh soko Jogja lho"teriaknya
"Ya Pak ..."
"Yan, ayahmu nyuruh kamu pindah ke Semarang bukan karena suatu alasan, Om dah denger semua ceritanya, tentang mendiang mamahmu bahkan Andi ...."
aku hanya manggut manggut aja
BERSAMBUNG ...